POTRET REGENERASI HOBI BERBURU DI INDONESIA

RG4

Dunia hobi berburu di Indonesia masih tergolong statis. Tak ada perkembangan yang berarti, seperti yang terjadi di beberapa negara lain. Sebut saja Amerika, Australia, Afrika Selatan, New Zealand dan beberapa negara lain, di negara-negara tersebut perkembangan hobi berburu sangat pesat. Pesatnya perkembangan kegiatan hobi berburu di negara-negara tersebut memicu tumbuhnya perekonomian baru di sekitar hobi ini. Toko-toko asesoris, bisnis jasa pemandu wisata berburu, hingga media yang secara spesifik mengulas hobi berburu tumbuh pesat di sana.

proses regenerasi hobi berburu bisa dilakukan sedini mungkin, agar generasi baru dapat memahami lebih awal

proses regenerasi hobi berburu bisa dilakukan sedini mungkin, agar generasi baru dapat memahami lebih awal

Perkembangan wisata berburu di beberapa negara di luar tertata rapi dengan campur tangannya pemerintah masing-masing. Hobi berburu di beberapa negara dikelola secara profesional, sehingga menghasilkan devisa cukup besar.

Bahkan, Pemerintah Afrika Selatan dikabarkan mendapat pemasukan pajak yang cukup besar dari sektor wisata berburu. Peminat hobi berburu di hunting field di Afrika datang dari berbagai penjruu dunia, termasuk Indonesia.

Bagaimana dengan Indonesia?

Ketatnya peraturan memiliki senjata dan serangkaian tahapan untuk menjadi pemburu menjadi penyebab sulitnya perkembangan hobi berburu di dalam negeri.

Mahalnya harga senjata dan operasional hobi ini juga menjadi penghambat lain berkembangnya hobi yag memacu adrenalin ini. Padahal, minat masyarakat terhadap hobi ini cukup besar.

Dampak dari kondisi ini, proses regenerasi hobi berburu pun tak sebaik di kegiataan hobi lainnya. Padahal, yang jika dihitung secara materi, biaya hobi berburu juga setara dengan biaya operasional hobi pesawat terbang, jet sky, dan hobi sejenisnya.

CALON PEMBURU CILIK

Regenerasi hobi berburu di Indonesia bisa dibilang masih terbatas. Selain faktor besarnya biaya tadi, minat anak-anak muda terhadap hobi berburu di zaman sekarang juga terbilang minim. Mungkin saja, dunia teknologi gadget yang berkembang sangat cepat menjadi lebih digemari oleh kelompok generasi ini.

Penyiapan generasi baru di hobi ini hanya dilakukan oleh hunter senior yang peduli dengan kelanjutan hobi ini. Salah satunya adalah Senior Hunter Kendrariadi. Sudah sejak lama ia mengenalkan dunia berburu kepada salh satu cucunya, Nathan.

Saat diperkenalkan hobi berburu, umurnya baru tujuh tahun. Sudah tiga tahun lalu Nathan diajak mengenal medan perburuan secara langsung. Pada akhir tahun 2013 silam, bersama kakeknya, ia ikut berburu di medan perburuan Hutan Ipuh, Bengkulu.

“Regenerasi Pemburu,” ujar Kendrariadi.

Senior hunter Kendrariadi bersama Nathan (cucu) saat nyanggong di medan perburuan di hutan Ipuh, Bengkulu.

Senior hunter Kendrariadi bersama Nathan (cucu) saat nyanggong di medan perburuan di hutan Ipuh, Bengkulu.

Tak seperti anak kecil pada umumnya, yang bila diajak berburu lebih banyak tinggal di basecamp, Nathan benar-benar menikmati setiap ruang perburuan. Ia ikut nyanggong (istilah mengintip kawanan target buruan/babi hutan  di dalam hutan) dari siang hingga menjelang malam. Bahkan, di saat para hunter berburu di malam hari, pria kecil ini ikut bersama dengan mereka.

Meski aktivitas nyanggong dilakukan malam hari, Nathan tampak menikmati setiap jengkal perjalanan perburuan di tengah hutan bersama sang kakek. “Yang bikin saya heran, dia nggak takut dengan suara tembakan saat kami membidik target buruan,” ujarnya.

Sekalipun sudah menyukai hobi ini, Nathan belum diperbolehkan menambak sungguhan. Ia hanya diperbolehkan memegang senjata dan mengintip dari lensa teropong senjata saja.

Selama di Bengkulu, Nathan juga asik memperhatikan para pemburu melakukan tes senjata atau yang biasa disebut “men-zero”. Saat perburuan usai, “calon” pemburu ini pun ikut menyaksikan bagaimana puluhan ekor babi hutan hasil bidikan para pemburu diserahkan kepada para pengepul di sana.

Regenerasi hobi berburu bukanlah ajang untuk menanamkan sikap “sadis” membunuh binatang kepada anak-anak dalam usia dini. Kegiatan ini menurut Kendrariadi, semata-mata hanya memperkenalkan tentang seluk beluk hobi berburu, mulai dari persiapan, proses perburuan, hingga pemanfaatan hasil buruan.(Abdul Kholis)

GALERI FOTO

RG5

RG2

RG11

RG8

RG6

 

RG9

RG7

 

RG14

RG12

RG1

RG3

RG16

 

RG17

 

 

 

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>