Berbagi di Desa Mumugu

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Bagi Pemburu, melihat hutan yang masih “perawan” merupakan keindahan tersendiri. Terekam langsung “bayangan” isi hutan dan binatang  liar yang hidup di dalamnya.

Namun kali ini perjalanan ke Timika , Papua, khususnya ke tanah Kabupaten Asmat , desa Mumugu , bukan untuk berburu. Mewakili organisasi Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GP Farmasi) untuk mendampingi Menteri Kesehatan mengadakan acara bakti sosial (baksos), 15-17 April lalu. Targetnya adalah desa Mumugu yang banyak didapati orang terserang penyakit Kusta.

Untuk sampai ke lokasi, dibutuhkan waktu satu jam penerbangan dengan menggunakan helikopter dari puast Kota Timika. Perjalanan kali ini bagi Menkes adalah lanjutan baksos awal tahun 2013. Pada waktu itu pun rombongan Menkes juga diikuti oleh Pengurus GP Farmasi, yang diwakili oleh Tirto Kusnadi (Sekjen GP Farmasi) dan Kendrariadi (Wakil Sekjen GP Farmasi dan Ketua Umum PMMC).

Dalam baksos ini, GP Farmasi membawa obat-obatan yang sangat dibutuhkan oleh penduduk setempat, terutama obat malaria, mengingat penyakit tersebut banyak  didapati di daerah tersebut, selain kusta dan HIV.

Tirto Kusnadi, pemilik PT. Mersi Farma membawa antibiotik dan obat malaria yang terbaru, DHP-Frimal , Dyhydroartemisin 40mg – Piperaquine phosphate 320 mg , Amoxycillin dan  lainnya. Sementara Kendrariadi dari PT Actavis Indonesia membawa Folic Acid, obat yang sebenarnya akan di ekspor ke Italia dan sebagian dikirim untuk keperluan kemanusiaan. Obat tersebut sangat ampuh untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit, sangat baik untuk ibu hamil dan anak-anak, juga dapat mecegah penyakit kanker dan lainnya.

MUMUGU, kami datang lagi …

Pagi yang sangat cerah 16 April 2014, merupakan pertanda baik untuk perjalanan ke desa Mumugu, desa terpencil di kabupaten Asmat. Setelah makan pagi di hotel tempat kami menginap, Rimba Papua Hotel milik Freeport, kami segera berangkat ke Bandara Mozes Kilangin yang mempunyai area hanggar untuk helikopter.

Di sini, pengurus GP Farmasi menunggu kedatangan Menkes yang terbang dari Jayapura, untuk kemudian melanjutkan penerbangan bersama kami ke Mumugu dengan helikopter.

Helikopter hanya bisa mengangkut penumpang maksimum sembilan orang sehingga hanya terbatas untuk rombongan yang dipilih oleh protokoler Kemenkes. Diantaranya, Menkes bersama sekretarisnya, Prof. Chandra (Dirjen Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes), Wakil Bupati Timika, Afonsius Piey (Kepala Dinas Kesehatan Papua), Brigjend TNI Bambang (Danrem Timika), Tirto Kusnadi dan Kendrariadi.

Terbang ke Mumugu dengan helikopter merupakan pengalaman tersendiri. Hamparan hijau hutan tropis yang masih “perawan” dengan sungai yang meliuk-liuk ibarat “ular” dan kawanan burung terbang berkelompok  yang terlihat dari helikopter merupakan pemandangan alam yang sangat luar biasa.

Tempat pertama yang dituju adalah Mumugu 1, dimana rombongan turun setelah terbang sekitar 1 jam untuk mengisi bahan bakar avtur yang sudah disiapkan dua drum yang dibawa lebih awal dengan bantuan Freeport.

Mengingat di kota Agats atau ibukota kabupaten Asmat tidak tersedia Avtur yang “fresh” , helikopter yang kami tumpangi hanya menggunakan avtur yang dibeli bulan Mei 2013. Tentu hal ini sangat beresiko tinggi kalau digunakannnya.

Mendarat di Mumugu 1, rombongan disambut oleh penduduk  asli dengan tarian dan pengalungan bunga oleh perwakilan penduduk.  Banyak penduduk setempat mengemukakan berbagai kesulitan, di antaranya air bersih, listrik dan guru.

Hal tersebut merupakan janji Menkes sewaktu kunjungan tahun lalu dan ini merupakan catatan Wakil Bupati Timika sebagai pekerjaan rumah yang belum dilaksanakan sejak tahun lalu.

Setelah selesai mengisi bahan bakar, rombongan terbang lagi sekitar 10 menit menuju Mumugu 2 atau “the real  Mumugu”. Kedatangan rombongan sudah ditunggu oleh masyarakat setempat dan staf dinas KesehatanTimika yang sudah datang sehari lebih awal untukmenyiapkan kedatangan dan acara baksos tersebut.

Disambut Hangat

Rombongan disambut oleh pemuka agama yaitu Mgr Aloysius dan masyarakat setempat memanggilnya Mgr Loi, bersama para suster yang berkarya membantu masyarakat setempat terutama yang terjangkit penyakit kusta.

Mgr Loi mengajak rombongan ke gereja setempat yang kondisinya sangat sederhana, untuk mengadakan ibadat Sabda bersama masyarakat Mumugu. Upacara ibadat Sabda berlangsung sederhana, diiring lagu dan alat musik tradisional Papua, gendang tifa dan gitar.

Alat musik tersebut, diantaranya buatan masyarakat setempat. Dengan semangat, masyarakat setempat memainkan sambil menari-nari dan diselingi “jeritan-jeritan”  ala penduduk Mumugu, Papua.

Sekitar satu jam kami di gereja kemudian dilanjutkan dengan acara pokok, yaitu baksos dan rombongan menuju Puskesmas desa tersebut.

Dimulai dengan sambutan dan evaluasi terhadap apa yang sudah dilakukan dan dikerjakan semenjak kedatangan Menkes di baksos awal tahun 2013.

Wakil Bupati Timika, Kepala Dinas Kesehatan dan Menkes memberikan arahan untuk penduduk setempat terutama yang terjangkit penyakit kusta. Bahkan, ada hadiah banyak penderita kusta yang secara tuntas dalam setahun memakan obat hingga sembuh total.

Hadiah tersebut untuk sekitar 18 orang yang tuntas makan obat kusta tersebut,  yang sudah disediakan oleh Menkes, yaitu kalung Rosario, seperti tasbih alat sembayang bagi umat Katolik.

Berbagai sumbangan diberikan secara simbolis dalam acara tersebut, mulai dari alat kesehatan, obat-obatan, bibit pohon, sayur-mayurdan lain-lannya, termasuk bantuan obat-obatan dari GP Farmasi.

Sumbangan obat-obatandari GP Farmasi tersebut, Menkes secara khusus mengungkapkan bahwa ia sangat berterima kasih atas peran serta GP Farmasi dan juga meminta mendampingi beliau ke Mumugu, seperti tahun lalu.

Acara bhaksos yang memakan waktu sekitar dua setengah jam berjalan lancar dan rombongan di “lepas” Mgr Aloysius bersama penduduk setempat  untuk perjalanan pulang ke Timika.

Obat-obatan yang dibawa pengurus GP Farmasi diputuskan untuk dibagi dua, sebagian untuk  keuskupan Agats dimana Mumugu di dalamnya dan sebagian lagi untuk keuskupan Timika yang juga sangat membutuhkan obat donasi tersebut .

“Lelah memang perjalan kali ini. Namun melihat penduduk yang gembira karena kegiatan baksos, hati pun terasa lega dan hilanglah rasa lelah,” ungkap Kendrariadi.

Masih banyak saudara-saudara kita yang tinggal di pelosok Tanah Air tercinta, yang membutuhkan uluran tangan kita. Semoga kegiatan baksos di Mumugu ini merupakan bagian dari kegiatan sosial GP Farmasi/PMMC  untuk selalu  tetap PEDULI. (*)

GALERI FOTO;

timika 9

timika 10

timika 7

timika 5

timika 4

timika 8

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>