Menikmati Keindahan Kampung Baduy

Tren hiking atau jalan-jalan di perdesaan masih menjangkiti kaum urban. Kampung Baduy di Lebak, Banten, pun tak luput jadi incaran lokasi hiking. Warga menyambutnya, tetapi membatasi pengaruh tren wisata massal itu.
Kaum urban makin gandrung melewatkan waktu senggang di ruang terbuka selama dan setelah pandemi Covid-19. Berjalan-jalan di perdesaan dengan hamparan sawah, ladang, maupun hutan juga sungai menjadi tren yang terus digemari.
Lokasi haiking yang dapat dijangkau dan dinikmati dalam sehari tanpa perlu menginap kian diburu demi mengisi masa libur singkat di akhir pekan atau tanggal merah. Warga Ibu Kota dan sekitarnya pun akrab dengan berbagai lokasi haiking di Provinsi Banten.
Banten menawarkan banyak lokasi wisata alam. Salah satunya yang selalu menarik ada di Kabupaten Lebak, yaitu desa tempat bermukim masyarakat Baduy.
Bulan Maret lalu, PMMC menyempatkan untuk berkunjung ke Desa Ciboleger, Kabupaten Lebak. Di sinilah masyarakat Baduy luar banyak bermukim. Warga di kampung ini sangat ramah terhadap para wisatawan yang berkunjung.
Jika Anda berkunjung ke tempat ini, Tugu Selamat Datang menjadi penanda pengunjung sampai di Terminal Ciboleger, Desa Ciboleger, Lebak. Semua wisatawan yang hendak ke Desa Ciboleger dan Desa Kanekes harus berhenti di terminal ini. Semua kendaraan diparkir di terminal tersebut karena pengunjung hanya boleh berjalan kaki saat memasuki permukiman Baduy.
Banyak warung makan yang siap mengobati rasa lapar pagi itu di Ciboleger. Setelah ”kampung tengah” terisi penuh, saatnya menjelajah.
Petualangan dimulai sejak gerbang Baduy. Jalan berlapis paving blok membawa saya dan para turis ke pos pendaftaran tepat sebelum masuk Kanekes. Cukup membayar Rp 5.000 per orang di pos tersebut untuk dapat melanjutkan perjalanan.
Para pengunjung menyusuri liku jalan batu di kampung pertama di Desa Kanekes. Di kanan-kiri jalan, rumah-rumah warga rapi terbangun berbahan kayu dan beratap daun kelapa kering.
Rumah-rumah di sepanjang jalur wisata rata-rata sekaligus digunakan pemiliknya sebagai etalase menawarkan sejumlah cendera mata. Ada kain tenun baduy, tas koja atau jarog khas setempat, serta pernak-pernik kerajinan, seperti gantungan kunci.
Beberapa perempuan menenun di bagian depan rumahnya. Prosesnya mulai memintal benang dari kapas sampai menjadi selembar kain. Kaum perempuan Baduy terlihat cantik-cantik alami. Senyum dan pandangannya sungguh mempesona.
PMMC berkesempatan untuk berbincang dan berfoto dengan warga di sini. Sambutan mereka begitu hangat dan ramah terhadap semua tamu yang berwisata. Senyuman khas warga Baduy seakan mengetuk hati setiapa wisatawan untuk ingin kembali lagi ke sini.
Memegang Prinsip Hidup
Susah untuk tidak terpesona dengan tatanan kampung yang asri. Lanskap kampung memanjakan mata dengan deretan rumah kayu, barisan leuit atau lumbung, jalanan batu berkelok-kelok naik turun mengikuti kontur perbukitan, aliran sungai, ladang, juga rapatnya pepohonan.
Kala meniti jalan batu, turis kerap berpapasan dengan laki-laki maupun perempuan Baduy, serta anak-anak mereka sepulang berladang.
Para perempuan rata-rata mengenakan kain hitam atau biru tua bermotif batik biru dan atasan berwarna gelap dilengkapi dudukuy, caping lebar penutup kepala. Kaum lelaki mengenakan celana pendek kain dan atasan berwarna gelap dengan ikat kepala serupa dengan kain perempuan.
Ada juga beberapa warga Baduy memakai kaus dan celana pendek jins. Tetapi yang model begini, jarang di temui.
Cara berpakaian ini menjadi salah satu pembeda dengan Baduy dalam. Baju masyarakat Baduy dalam didominasi warna putih. Walau Baduy luar disebut lebih terbuka pada dunia luar, mereka sama-sama teguh pada beberapa prinsip hidup.
Mereka, misalnya, tidak boleh mengenakan alas kaki, berbagai peralatan modern dari luar, termasuk sabun, sampo, pasta gigi produksi industri massal. Listrik tidak diterima di sini. Kita harus menghormati apa yang menjadi pilihan hidup mereka.
Masih banyak hal menarik yang bisa diceritakan seputar Suku Baduy. Namun akan lebih terasa nikmat, jika diri kita hadir secara langsung di sana. Semoga suatu saat seluruh Pengurus PMMC bisa berkunjung ke tempat yang sungguh mengagumkan ini. (Kendrariadi Suhanda, Ketua Umum PMMC)
GALERI FOTO
Leave a Reply